Photobucket

Infolinks In Text Ads

Joomla Best around Read more: Skrip Load Blog Page bagi laju | UShareMine

Farsha Beauty Headline Animator

Sunday, 4 March 2012

Bubut-Nelayan Menunggu-Melanda Sarawak-Buat Belacan

SEKUMPULAN nelayan di utara Sarawak gigih memukat bubuk ketika tiba musimnya.
SEKUMPULAN nelayan di utara Sarawak gigih memukat bubuk ketika tiba musimnya.
 
NELAYAN di utara Sarawak terutama di Miri dan Bintulu kini berpesta dengan kedatangan musim 'bubuk' atau udang halus yang ditangkap menggunakan jaring khas dikenali 'paka' untuk diproses menjadi belacan dan cincaluk.

Tinjauan Joran di beberapa lokasi mendapati banyak gerai di tepi jalan di pantai Bintulu, Miri, Kuala Baram, Lutong, Luak dan Bakam didirikan masyarakat setempat untuk menjual udang segar itu dengan harga RM10 sekilogram.

Bagi nelayan pula, ia adalah masa paling sesuai untuk meraih pendapatan berganda hingga ada antaranya mampu meraih RM5,000 hingga RM10,000 sehari dengan hasil jualan meskipun musim udang itu hadir dalam jangka masa singkat.

Seorang nelayan dari Bintulu, Ransi Juis, 46, berkata musim bubuk amat dinantikan nelayan di utara Sarawak memandangkan ia memberi pulangan lumayan.

Meskipun mengakui jumlah udang kecil yang ditangkap nelayan musim ini agak kurang dibandingkan tahun lalu, tetapi ia tetap dihargai golongan nelayan sepertinya.

"Tiga tahun lalu, banyak bubuk dapat ditangkap setiap bot nelayan yang keluar ke laut. Situasi ini turut memberi kesan kepada harga bubuk yang dijual serendah RM2 sekilogram ketika itu. “Tetapi sekarang jumlah bubuk yang dapat ditangkap tidak banyak dan ini menyebabkan harganya melambung naik," katanya.

Katanya, kekurangan bekalan serta harga bubuk dijangka turut memberi kesan kepada kenaikan harga belacan yang kini dijual sekitar RM20 untuk setiap bungkusan seberat 100 gram.

Ransi berkata, jumlah tangkapan menggunakan paka jauh berkurangan setiap tahun mungkin disebabkan perubahan cuaca yang tidak menentu ketika ini.

"Dulu memang banyak bubuk, sekarang cuaca tidak menentu dan bubuk amat kurang. Dulu sebuah bot nelayan dapat menangkap sehingga 100 kilogram bubuk sehari. Sekarang sekitar 30 kilogram saja," katanya.

Nelayan Miri, Didik Masni, 33, berkata sejak musim bubuk awal bulan lalu, dia sudah meraih keuntungan sekitar RM15,000.

"Dulu ketika musim bubuk saya dapat sehingga RM50,000 daripada jualan bubuk. Sekarang jumlah keuntungan amat kecil dibandingkan lima atau enam tahun lalu," katanya

Sumber 

No comments:

Post a Comment